Oct 18, 2016

Jalan-jalan ala Wong Ayu

"Wong ayu wes mangan durung wong ayu... Pengen opo bakso, soto, rawon, rujak, pecel, nasi rames? Kene mampir sek..."

Logat jawa kental menyapa saya di sepanjang Taman Kowloon yang berada tepat di belakang Masjid Kowloon. Beberapa gerombol orang duduk di bawah pohon beralaskan tikar maupun plastik berbincang ringan sambil sesekali menikmati kudapan. Beberapa yang lain tak hentinya menawarkan ke setiap orang yang lewat walaupun tak tampak menu utama selayaknya di warung makan.


Semakin siang udara semakin panas. Saya membayangkan makan sesuatu yang berkuah dan ditemani segarnya es buah. Teringat sejak pagi perut saya hanya terisi bubur instant bekal dari Indonesia, semakin mempercepat langkah saya untuk mendekati segerombolan ibu-ibu yang menawarkan bakso.

"Bu mau bakso ya"
"Bakso urat apa telor wong ayu?"
"Telor, yang kya dimakan mbak ini" kata saya sambil menunjuk ke bakso yang sedang dinikmati oleh mbak pembeli sebelumnya.
"Yo wes lungguho sek" (silahkan duduk dulu).

Saya duduk di sebelah mbak yang menyendok pelan kuah bakso berwarna kuning kemerahan lalu dinikmati anget-anget sambil kepedesan.

"Ko ngendi wae ki mau?"
"Muter-muter wawon mbak"
"Indomu ngendi?"
"Pacitan"
"Mbak e pundi?
"Aku Semarang, wes suwe no kene?"
"Baru semalem mbak"
"Jenengan?"
"Aku wes telulas taun"
"Waaoww..."
"Lha koe lagi teko kok wes kon mlaku-mlaku rene?"
"Dalem dolan mawon mbak"
"Oh tak kiro kerjo no kene, adoh men ale jalan-jalan tekan Hongkong"

Bener-bener Hongkong rasa jawa, sekilas ga kerasa suasana di Hongkong karena hampir di setiap sudut terdengar logat jawa medok dengan suara kenceng.

"Iki bakso mu wong ayu, sambel e njupuk o dewe..." ibu bersuara lucu agak cempreng ini membuat saya menahan tawa. Logat jawa medoknya ga ilang sedikitpun walau hampir 20 tahun kerja di Hongkong.


Asli enak banget..!!!

Semangkok bakso dengan asap mengepul dihidangkan entah dimana diraciknya, bersama bag shop yang berisi botol saos, kecap, cuka dan sambel.

"Minume opo es campur, es blewah, es teh?"
"Es blewah..."

Tak berapa lama es segar berwarna oren dihidangkan, lagi-lagi saya ga tau dimana dan bagaimana meraciknya.

Keburu haus sampe lupa ga difoto dulu

"Jualan ngene iki karo ngumpet-ngumpet dek, ngko nek konangan polisi iso ditangkep, dipenjara, didenda, diulihno ga oleh kerjo maneh no Hongkong" cerita mbak sebelah sambil menikmati baksonya yang sudah hampir habis. 
"Ada mbak yang sampe ketangkep?"
"Banyaaakk... Tapi yo tetep wae"

Seperti yang saya baca di google kegiatan perdagangan yang dilakukan pekerja Indonesia ini adalah ilegal. Peraturan dari pemerintah Hongkong pekerja pendatang hanya diperbolehkan bekerja sesuai yang tertera pada visa dan kontrak kerja. Tidak boleh melakukan aktivitas perdagangan diluar jam kerja dan di hari libur. Konon pelanggar yang tertangkap dan dinyatakan bersalah akan didenda sebesar HKD 50.000 (setara dengan 85 juta rupiah) dan dijatuhi hukuman penjara maksimal 2 tahun. Paling apes ga boleh kerja lagi di Hongkong.

Sudah menjadi pemandangan umum setiap hari minggu di taman area publik di Hongkong akan menjadi lautan manusia yaitu para pekerja yang sedang berlibur. Menurut pengamatan sejauh mata memandang kebanyakan pekerja dari Indonesia. Banyak kegiatan yang dilakukan mulai dari belajar make up, photography, pengajian atau sekedar bertemu dengan teman seperjuangan menghilangkan penat kerja selama sepekan.

Perkumpulan inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa pekerja untuk mencari tambahan pendapatan. Mereka berjualan dengan berbagai cara agar terhindar dari razia polisi. Biasanya barang dagangan akan disembunyikan di dalam koper atau ransel dan hanya akan dibuka saat ada yang memesan. Sehingga hanya terlihat seperti sedang piknik. Mulai dari jualan pulsa, pakaian katanya bisa bayar tunai maupun kredit, dan yang paling banyak tentu saja makanan khas Indonesia. Jadi siapa yang telah lama merindukan cita rasa kampung halaman tentu dengan mudahnya bisa terobati. Selain itu ada juga jasa tukang pijit urut bagi yang badannya pegel-pegel. Lengkap deh kampung jawa pindah.


Kalo di Disneyland bisa ketemu tokoh disney kalo di taman ketemu tokoh pewayangan, konon mereka cuma iseng belaka

Selesai membayar ke ibu yang biasa menyapa wong ayu, saya berniat ke masjid sebelum adzan dzuhur berkumandang, karena adzan tidak akan terdengar sampai keluar. Ternyata dari mulai teras, tangga dan di dalam masjid yang terdapat beberapa ruangan full semua oleh pekerja asal Indonesia. Luaaaarr biasa. Dan setau saya kebanyakan berbahasa jawa entahlah ada suku lain apa ga. Untunglah saya masih bisa nyelip di barisan paling belakang empet-empetan dengan yang lain.

Melihat hal baru seperti ini tangan saya gatel pengen ambil kamera, kebetulan saat itu sedang ada penggalangan dana untuk musibah banjir di Garut.

"Mbak boleh moto ga?" tanya saya ke mbak di sebelah.
"Boleh, moto aja, emang baru pertama kesini ya?"
"Iya mbak"

Beberapa kali jeprat jepret sekenanya, kemudian kamera saya mengarah ke pojok tempat ibu-ibu yang menghitung uang hasil penggalangan dana. Hanya dizoom dari jauh. Tiba-tiba seorang ibu mendatangi saya dengan nada agak marah.

"Itu kamu yang foto-foto ada perlu apa?!!"
"Hah!!! Mak Deg!! "Oh iya bu, maaf saya ga ada perlu apa-apa, saya hanya jalan-jalan trus pengen moto aja, kalo ga boleh saya hapus lagi" hiiyy takut... gugup gumpita.
"Boleh boleh aja tapi tujuannya harus jelas, buat apa?"
"Hmm... Ceritanya saya lagi liburan bu, foto ini nanti mau saya tunjukkan ke teman-teman di rumah, cuma buat cerita gitu aja"
"Ooo... Lagi liburan... Ya udah ga apa-apa" seketika raut wajah ibu berubah seperti ga keenakan. "Jadi nanti disini semua akan transparan tiap dana sodaqoh yang masuk akan dipublikasikan di buku iqro yang akan terbit setiap bulan, seperti yang dibagikan tadi pagi itu" ibu menambahkan nasehatnya, saya iyakan aja walaupun kurang paham maksudnya.

Lalu ibu kembali membaur dengan teman-temannya yang sepertinya para koordinator kegiatan dan saya duduk kembali diantara banyak mata yang memandang. Cukup menebar senyum lebar sambil menyimpan kamera ke dalam tas. Hasrat memoto jadi hilang berubah rasa kaget bercampur deg-degan. Wes lah jo kakean polah. Tapi boleh deh dishare biar tergambar suasananya.



Baiklah nanti dilanjut lagi, sekarang wong ayu mau sholat dulu... :)

2 comments:

  1. Wong ayu berhasil menyerupai para pahlawan devisa hihihi. Itu jd berasa pulang kampung ya hajah

    ReplyDelete

Comment tapi jangan spamming yess!! Salam hormat High Quality Gembel.